Part II Karangaji dan Pohon Kersen




 Bertubi-Tubi



Bulan Purnama, Sumber: Catatan Kencor

 Part Sebelumnya...
Wabah penyerang bola mata menjangkit di perkampungan Karangaji, hampir seluruh prajurit terkena jangkitan. Tak terkecuali, saya, laras dan guru. Ketika hal ini terjadi, mata kami tak dapat terbuka sedikitpun akibat wabah yang semakin mengganas, kekuatanku, Laras dan Guru pun ikut menyusut dan energi kami terkuras habis.  Disaat kondisi yang buruk seperti ini, tiba-tiba saja...

Purnama berinisiatif untuk melakukan ritual pemanggilan Bulan, hal ini memang pernah dilakukan sebelumnya. Tak ada cara lain untuk menyembukan wabah yang menjangkit ini. Seluruh blok di perkampungan dikumpulkan di alun-alun. Namun, dalam ritual ini, Purnama harus merelakan kekuatannya tak dapat berfungsi selama 14 purnama di Jumat Kliwon. Semua sudah dipikirkannya secara matang. Pada tahun 1426 silam, wabah yang sama sempat menjangkit perkampungan ini dan berhasil meluluh lantahkan masyarakat pada masa itu. Purnama tak ingin melihat kejadian yang memilukan terjadu lagi, sampai pada akhirnya ia rela untuk melakukan ritual pemanggilan bulan, walaupun harus kehilangan kekuatan. Seluruh masyarakat sudah berkumpul, dan Purnama mulai melakukan ritual pemanggilan bulan, hujan deras beserta angin yang sangat kencang mengiringi jalannya ritual, seluruh masyarakat yang hadir mencoba bertahan. Terlihat Purnama dibantu oleh Lifian dan Ani  yang mencoba bertahan dan menjaga konsentrasi ritual yang dijalankan. Sementara Nadi yang mampu mengendalikan air, mencoba untuk menghalau hujan agar tak mengenai para warga yang sedang khusuk. Perlahan, hujan dan angin mulai berhenti, cahaya bulan mulai sedikit demi sedikit terlihat. Disaat seperti ini, Purnama mulai mencoba mengumpulkan cairan andalannya untuk dapat menyembuhkan wabah bola mata.  Kekuatanya menyusut, dengan dibantu oleh Nadi ia mengumpulkan cairan kedalam kendi. Waktu ritual seperti ini hanya bisa berlangsung selama 2 jam saja, lebih dari itu maka bulan tak dapat bersinar lagi dan menjadi hampa. Dengan gesit, Nadi memaksimalkan kekuatannya, hingga akhirnya ritual ini dapat berlangsung dan selesai tepat waktu.
Beberapa waktu berselang, seluruh warga yang terjangkit perlahan mulai sembuh, dibutuhkan waktu selama tiga hari untuk sembuh total. Aku, Laras dan Guru mengalami hal yang sama. Mata kami perlahan terbuka, dan kekuatan kami mulai kembali. Berselang beberapa waktu, ternyata wabah ini merupakan wabah kutukan. Ketika semua warga sudah perlahan sembuh, terjadi sebuah musibah di dekat padepokan maha guru. Salah satu warga yang biasa kami lihat bertapa di depan rumahnya, meninggal mendadak akibat sebuah penyakit langka dari masa depan. Berita tersebut sontak membuat kami terkejut. Sesuai tradisi di tempat ini, seluruh warga dikumpulkan untuk mensucikan si jenazah dan mengantarnya kekuburan. Saat ini merupakan kali keduaku pergi ke daerah pemakaman yang dihiasi pohon kersen di setiap sudutnya. Selama seminggu kami melakukan doa bersama untuk mengirimi doa. Masa-masa inilah merupakan masa tersulit yang pernah terjadi didaerah padepokan. Semua berdoa agar cobaan ini segera diakhiri dan mendapatkan buah keberkahan dari sang maha kuasa.
Sampai pada akhirnya Nadi membawa berita bahagia, ia akan segera dipersunting oleh laki-laki inggris berponi yang selama ini sangat mendambakannya. Maklum, pada sebelumnya, lelaki ini gemar sekali menyambangi kediaman kami untuk melakukan pendekatan. Tetapi hal tersebut tidak disetujui oleh maha guru. Bahkan beberapa kali, guru menyuruh anak buahnya untuk mengusir lelaki tersebut dari daerah padepokan, namun waktu berkata apa, Nadi akhirnya.....(Bersambung)

Komentar

  1. laki2 inggris berponi ??? siapa itu ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tunggu saja kelanjutan ceritanya ya kak, akan lebih mendetail di part 3, oke

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ceplukan Si Mungil Nan Berkhasiat

Malaman Tradisi Oboran dari Bumi Sekala Bekhak

Part 1 (Karangaji dan Pohon Kersen)